Gambar 1 : Mastitis pada Sapi Perah
“MASTITIS (radang ambing) merupakan penyakit yang prevalensinya sangat tinggi dan sangat merugikan pada sapi perah dewasa”
Kerugian tersebut disebabkan oleh :
- Penurunan produksi susu
- Ongkos perawatan dan pengobatan dan
- Susu yang harus dibuang karena tidak memenuhi persyaratan dan biaya penggantian sapi untuk kelangsungan produksi
Dari segi jenisnya, MASTITIS mempunyai dua jenis. Yaitu:
- MASTITIS KLINIS, yang mana senantiasa diikuti oleh tanda-tanda klinis baik berupa pembengkakan, pengerasan ambing, rasa sakit, panas, kemerahan dan penurunan fungsi ambing.
- MASTITIS SUBKLINIS, yaitu suatu bentuk mastitis dimana tidak ditemukan adanya pembengkakan atau abnormalitas kasat mata pada ambing dan susu, namun ditemukan adanyan perubahan dalam susu yang dideteksi melalui tes-tes khusus.
Dari seluruh kejadian MASTITIS, sekitar 97-98% merupakan mastitis subklinis, dan 2-3% merupakan mastitis klinis. Sehinggaa, kasus mastitis ini seperti “fenomena gunung es” yaitu, sebanyak 15-40 kasus mastitis subklinis ditemukan dari setiap satu kasus mastitis klinis.
PENYEBARAN MASTITIS DI INDONESIA
Gambar 2 : Peta Pulai Jawa
Secara umum, kejadian mastitis subklinis di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Angka kejadian mastitis tersebut banyak terjadi di Pulai Jawa. Yaitu : Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dimana, Provinsi tersebut adalah merupakan provinsi penghasil susu utama di Indonesia.
- Tahun 1984 67 % di Pulai Jawa
- Tahun 1984 61,66 % di Jawa Barat
- Tahun 1995 85 % di Pulau Jawa
- Tahun 1996 80-90 % di Jawa dan Bogor
- Tahun 2002 80,20 % di wilayah Pujon Jawa Timur, 91 % di Jawa tengah, 93 % di Lembang Jawa Barat
- Tahun 2005 87,10 % di Pulau Jawa
- Tahun 2008 72,65% di DIY Jawa Tengah, dan 44,66 % di Jawa Timur.
BAKTERI PENYEBAB MASTITIS
Gambar 3 : Bakteri Penyebab Mastitis (Staphylococcus, Streptococcus, Escherichia coli, Candida)
Kejadian MASTITIS ini 90% disebabkan oleh bakteri, yaitu: 20,85% oleh Staphylococcus aureus. 5,63% oleh Staphylococcus koagulase, 8,24% oleh Escherichia coli, 10% oleh Streptococcus uberis, 5,47% oleh Streptococcus dysagalactiae, 7,8% oleh Streptococcus agalactiae, 9,93% oleh Candida.
- Adanya residu antibiotika dalam susu
- Alergi
- Resistensi serta mempengaruhi proses pengolahan hasil susu seperti Keju, Yoghurt, Mentega.
Dari hasil penelitian, ditemukan 32,52% susu pasteurisasi dan 31,10% susu segar di wilayah Jakarta, Bogor dan Bandung mengandung residu antibiotika dalam jumlah cukup tinggi. Selain itu, bakteri-bakteri penyebab mastitis subklinis sudah banyak yang resisten terhadap beberapa antibiotika.
VAKSIN MASTITIS UNTUK SAPI PERAH
Gambar 4 : Vaksin Mastitis “MASTIVAC”
Untuk mecegah kejadian mastitis, vaksinasi dini pada sapi perah sangatlah penting. Oleh karena itu, kami menyarankan untuk menggunakan vaksin MASTIVAC, yang mana, vaksin Mastivac merupakan vaksin yang berisi tujuh macam bakteri untuk imunisasi aktif terhadap mastitis pada sapi yang disebabkan oleh Streptococcus, Staphylococcus, Arcanobacterium pyogenes dan Escherichia coli. Vaksin ini dapat memberikan perlindungan secara efektif pada sapi perah, agar kejadian mastitis dapat dihindari.
Selain itu, Vaksin Mastivac telah diuji keamanan dan potensinya di Laboratorium Fakultas kedokteran Hewan Universitas Gajah Mada Yogyakarta, dengan keunggulan sebagai berikut:
- Meningkatkan penyembuhan secara spontan
- Meningkatkan efisiensi terapi antibiotic
- Meningkatkan penyembuhan pada periode kering
- Menurunkan perhitungan sel somatik pada tangki air susu
- Menurunkan jumlah sel somatik perindividu, dan
- Menghasilkan air susu yang lebih sehat
SEKARANG, SUDAH TAU DONG BAGAIMANA MENCEGAH MASTITIS.
“DENGAN MASTIVAC, MASTITIS DAPAT DICEGAH LEBIH DINI”
Published by Admin
2019-01-15 01:52:47